Selasa, 29 Mei 2012

Gerakan Perlawanan dan Kebangsaan di Burma, Muangthai, dan Malaya


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang masalah
Bangsa Eropa pertama kali sampai di Asia Tenggara pada abad keenam belas. Ketertarikan di bidang perdaganganlah yang umumnya membawa bangsa Eropa ke Asia Tenggara, sementara para misionaris turut serta dalam kapal-kapal dagang dengan harapan untuk menyebarkan agama Kristen ke wilayah ini.
Inggris, yang diwakili oleh British East India Company, secara relatif datang ke wilayah ini lebih kemudian. Diawali dengan Penang, Inggris mulai memperluaskan kerajaan mereka di Asia Tenggara. Mereka juga menguasai wilayah-wilayah Belanda selama Perang Napoleon. Di tahun 1819, Stamford Raffles mendirikanSingapura sebagai pusat perdagangan Inggris dalam rangka persaingan mereka dengan Belanda. Meskipun demikian, persaingan tersebut mereda di tahun 1824 ketika dikeluarkannya traktat Anglo-Dutch yang memperjelas batas-batas kekuasaan mereka di Asia Tenggara. Sejak tahun 1850-an dan seterusnya, mulailah terjadi peningkatan kecepatan kolonisasi di Asia Tenggara.
Kejadian ini, yang disebut juga dengan nama Imperialisme Baru, memperlihatkan terjadinya penaklukan atas hampir seluruh wilayah di Asia Tenggara, yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan kolonial Eropa. VOC dan East India Company masing-masing dibubarkan oleh pemerintah Belanda dan pemerintah Inggris, yang kemudian mengambil-alih secara langsung administrasi wilayah jajahan mereka. Hanya Thailand saja yang terlepas dari pengalaman penjajahan asing, meskipun Thailand juga sangat terpengaruh oleh politik kekuasaan dari kekuatan-kekuatan Barat yang ada. (http://blogrusaktakterpakai.blogspot.com/2010/06/sejarah-asia-tenggara.html)

Tahun 1913, Inggris telah berhasil menduduki Burma, Malaya dan wilayah-wilayah Borneo, Perancis menguasai Indocina, Belanda memerintah Hindia Belanda, Amerika Serikat mengambil Filipina dari Spanyol, sementara Portugis masih berhasil memiliki Timor Timur.
Penguasaan kolonial memberikan dampak yang nyata terhadap Asia Tenggara. Kekuatan-kekuatan kolonial memang memperoleh keuntungan yang besar dari sumber daya alam dan dan pasar Asia Tenggara yang besar, akan tetapi mereka juga mengembangkan wilayah ini dengan tingkat pengembangan yang berbeda-beda. Perdagangan hasil pertanian, pertambangan dan ekonomi berbasis eksport berkembang dengan cepat dalam periode ini. Peningkatan permintaan tenaga kerja menghasilkan imigrasi besar-besaran, terutama dari India dan Cina, sehingga terjadilah perubahan demografis yang cukup besar. Munculnya lembaga-lembaga negara bangsa modern seperti birokrasi pemerintahan, pengadilan, media cetak, dan juga pendidikan modern (dalam lingkup yang terbatas}, turut menaburkan benih-benih kebangkitan grakan-gerakan nasionalisme di wilayah-wilayah jajahan tersebut.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana timbulnya gerakan perlawanan dan kebangsaan di Burma, Muangthai, dan Malaya ?
1.2.2 Bagaimana timbulnya gerakan perlawanan dan kebangsaan di Singapura, Brunai, Serawak dan Sabah ?
1.2 Tujuan
            Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk memberi pengetahuan kepada pembaca tentang Reaksi bangsa-bangsa Asia tenggara terhadap Imperialisme dan Kolonialisme bangsa Barat. Tujuan khusus dari makalh ini adalah untuk memenuhi tugas Sejarah Asia Tenggara II.


BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 timbulnya gerakan perlawanan dan kebangsaan di Burma, Muangthai, dan Malaya
2.1.1 Burma
Dari awal masa kolonial, Inggris menekankan manfaat pendidikan, formal dan pendidikan gaya Barat menggantikan sistem pendidikan monastik tradisional. Rangoon University didirikan pada tahun 1920 dan 6 e1ite perkotaan baru berevolusi. Mereka berusaha untuk menjembatani kesenjangan antara lama dan baru dengan menyebut Burma untuk reformasi Buddhis tradisional kepercayaan dan praktek. Pada 1906, Young Men's Buddha Asosiasi dibentuk dalam upaya untuk menegaskan identitas budaya Burma dan tetap berbeda dari penjajah. Pada tahun 1916, YMBA keberatan dengan fakta bahwa orang Eropa memakai sepatu tetap bertahan di dalam bangunan keagamaan, yang dianggap menghina. Setelah demonstrasi di 50 kota, pemerintah memutuskan bahwa abbas harus memiliki hak untuk menentukan bagaimana pengunjung harus berpakaian dalam biara-biara - yang berkuasa dianggap sebagai suatu kemenangan bagi YMBA.
Setelah pengenalan diri yang lebih besar pemerintah di India dan penyebaran Marxisme, yang berganti nama sendiri YMBA Dewan Umum Asosiasi Burma dan menuntut lebih otonomi untuk Burma Sebuah pemogokan ini diselenggarakan di Universitas Yangoon tahun didirikan, dan ini tersebar di seluruh sekolah negeri sebagai memboikot. Pemberontakan yang paling serius dimulai oleh seorang biarawan bernama Saya San; itu merupakan upaya pertama untuk mengusir Inggris dengan kekerasan. Dari 1930-1932, selama apa yang kemudian dikenal sebagai Pemberontakan Saya San, 3.000 anak buahnya dibantai dan 9.000 ditawan, sedangkan pemerintah hanya menderita korban 138. San saya digantung pada 1937. Bawah tanah gerakan nasionalis juga memperoleh momentum di tahun 1930-an dan di Universitas Rangoon Birma All-Gerakan Mahasiswa muncul. Rezim kolonial jelas terguncang oleh sejauh mana kerusuhan dan tingkat kekerasan dan pada tahun 1935 Pemerintah Burma Burma UU akhirnya diberi otonomi. Pada tahun 1936, kelompok-kelompok "pemimpin - Thakin Aung San dan Thakin Nu - yang dipimpin serangan lain di universitas. Mereka menyebut diri mereka Thakin seperti yang sebelumnya merupakan kehormatan hanya digunakan untuk alamat Eropa. Pada tahun 1937 secara resmi memisahkan Burma dari British India. Ini menerima konstitusi sendiri, sebuah badan legislatif terpilih dan 4 pemerintah populer menjabat hingga pendudukan Jepang.
Selama Perang Dunia 2 Jepang menginvasi Burma pada tahun 1942, dibantu oleh tentara kemerdekaan burma baru (BIA) - sebuah kelompok orang diam-diam dilatih oleh Jepang sebelum perang dan dipimpin oleh Aung San, yang telah muncul sebagai salah satu pemimpin yang menonjol selama kerusuhan mahasiswa di Rangoon. The BIA tumbuh di nomor dari 30 hingga 23.000 seperti Jepang maju melalui Lower Burma. Burma melihat pendudukan Jepang sebagai cara untuk mengusir penjajah Inggris dan untuk mendapatkan kemerdekaan. Inggris dengan cepat kewalahan oleh kemajuan pesat dari 15 Tentara Jepang dan melarikan diri ke India. Kebijakan bumi hangus mereka - yang terlibat membakar segala sesuatu yang berharga dan sabotase terhadap infrastruktur mereka telah dibangun selama puluhan tahun - meninggalkan kehancuran total di belakang mereka. Sengit perang gerilya meletus antara Inggris dan Jepang dan BIA, di mana korban adalah tinggi - sebanyak 27.000 mungkin telah meninggal. Banyak dari Inggris dan pasukan Sekutu yang tewas - sebagian besar di tangan-tangan untuk memerangi - dimakamkan di pemakaman di dekat Htaukkyan Rangoon.
Perang menghasilkan banyak pahlawan. Stilwell, seorang Amerika, setelah mundur melalui hutan ke India dengan 114 laki-laki, menelusuri kembali langkah-langkah (melalui Assam, di seberang Sungai Chindwin untuk Myitkyina, dan menuruni Irawadi ke Mandalay) dan membantu menangkap kembali Yangoon Mei 1945. Wingate, seorang pahlawan perang Inggris, menggunakan taktik gerilya untuk berhasil menembus garis Jepang. Buahnya dikenal sebagai Chindits - setelah Chinthes mitologi, kuil yang undefeatable singa. Chennault pahlawan lain, yang memimpin divisi airborn - julukan 'Flying Tigers' - yang ditakuti oleh Jepang. Pasukan darat AS di Burma yang dikenal sebagai 'Merrill's Marauders' dan terdiri dari sekitar 3.000 orang, dimana semua kecuali segelintir tewas.
800 km-panjang-Jalan Ledo dari Assam ke Mong Yo, di mana ia bergabung dengan Burma Road (lihat halaman 368) - yang dibangun selama perang oleh 35.000 Burma dan beberapa ribu insinyur, untuk mengaktifkan kekuatan tanah untuk memasukkan Burma dari India.
Tapi di 19 Juli, beberapa bulan sebelum Burma akan diberikan kemerdekaan penuh, Aung San dan 5 dari menteri-menterinya dibunuh ketika menghadiri pertemuan di Sekretariat di Rangoon. U-Saw, sayap kanan perdana menteri pada masa pra-perang pemerintah kolonial didakwa menetas plot, dan dilaksanakan; ia berharap untuk menciptakan peran kepemimpinan untuk dirinya sendiri. Itu adalah tragedi untuk Burma sebagai Aung San tampaknya paling siap untuk menyatukan berbagai faksi dan golongan minoritas; telah ia hidup, pasca-perang sejarah Burma mungkin telah mengambil kursus yang sangat berbeda.
- Perjuangan Merebut Dan Mengisis Kemerdekaan di Burma
Sejarah militer Myanmar sendiri dimulai dengan pembentukan Tatmadaw, yang merupakan lembaga resmi militer di Myanmar. Tercatat terjadi perang besar selama 3 kali yakni di tahun 1824, 1852, dan 1885 yang kemudian melahirkan banyak pahlawan nasional Myanmar.
Pada awal tahun 1940-an tercatat jumlah militer Myanmar hanya terdiri dari 12,3% dimana kelompok terbesar dalam militer adalah berasal dari etnis Karen (27,8%), dan Kachin (22,9%) serta Chin sebanyak (22,6%). Selama masa Perang Dunia II berlangsung beberapa dari angkatan bersenjata tersebut berlatih di India, Paska pendudukan Jepang di Myanmar ditahun 1945, militer Inggris masuk kembali ke Myanmar setelah kekalahan Jepang, kurang lebih dari 5.200 prajurit angkatan bersenjata Burma digabungkan kedalam tentara Burma. Tentara modern Burma berasal dari Perang Dunia II dan dari BIA (Burma Indepence Army), yang dibentuk pada tanggal 26 Desember 1941 oleh Thirty Comrades, angkatan yang dipimipn oleh Aung San yang mendapatkan pelatihan dari Jepang dan kemudian kembali ke Burma bersama masuknya tentara Jepang.
Tujuan BIA sendiri adalah untuk kemerdekaan Burma yang ditempuh dengan melalui cara kerjasama dengan pemerintah Jepang untuk melawan Inggris, Jepang membantu mengorganisir angkatan bersenjata ini hingga menjadi Burma Defence Army (BDA) pada tanggal 27 Juli 1942 dan akhirnya pada tanggal 27 Maret 1945 menjadi Patriotic Burma Front, dimana dukungan jepang berupa janji pemberian kemerdekaan oleh Jepang, namun akhirnya Angkatan Bersenjata berbalik menentang Jepang dan kemudian justru bergabung dengan tentara Inggris. Jenderal Aung San melakukan negoisasi dengan tentara Inggris untuk mengorganisir militer pada basis golongan sekutu (Class Company Basic), yang menjaga separatisme etnis tetap pada jalur militer yang utuh.
Menurut pemikiran Aung San, organisasi yang demikian akan dapat mendukung kemerdekaan Burma dengan mengatasi permasalahan minoritas dan etnis, hingga pada tahun 1947, tentara Burma terdiri atas 15 batalyon reguler, 15 batalyon Polisi Militer dan ditambah dengan batalyon prajurit non reguler. kemudian merdeka dari Inggris tepatnya pada tanggal 4 Januari 1948 atas sebuah kesepakatan damai antara Pemerintahan Kolonial Inggris dan kaum nasionalis Burma dipimpin Thakin Nu, penerus Jendral Aung San yang tewas terbunuh. Jendral Aung San, tokoh nasionalis Burma tersebut adalah ayah dari Aung San Suu Kyi. Ia dibunuh oleh rival politiknya lantaran dituduh berkhianat dengan melakukan kesepakatan dengan pihak Inggris dalam proses meraih kemerdekaan Burma.
Berdirilah Republic Union of Burma atau Republik Persatuan Birma yang terdiri atas Pemerintahan Shan, Pemerintahan Kachin, Pemerintahan Karenni dan Pemerintahan Pusat. Myanmar yang berdiri pertama kali sebagai ”Burma Bersatu” tahun 1948 memiliki bentuk negara Republik independen dengan kepala negara Shao Shwe Thaik dan U Nu sebagai kepala pemerintahan.
2.1.2 Muangthai
Pada tahun 1825 Inggris mengirim misi lain ke Bangkok. Mereka sekarang sudah mencaplok selatan Burma dan Siam dengan demikian tetangga ke barat, dan mereka juga memperluas kontrol mereka atas Malaya. Sang Raja enggan untuk menyerah pada tuntutan Inggris, tapi penasehat memperingatkan bahwa Siam akan menemui nasib yang sama seperti Burma kecuali Inggris ditampung. Pada tahun 1826, oleh karena itu, Siam menyimpulkan perjanjian komersial pertama dengan kekuatan Barat. Di bawah perjanjian, Siam sepakat untuk membentuk sistem perpajakan yang seragam, untuk mengurangi pajak perdagangan asing dan menghapuskan beberapa monopoli kerajaan. Akibatnya, Siam perdagangan meningkat dengan pesat, banyak orang asing menetap di Bangkok, dan pengaruh budaya barat mulai menyebar. Kerajaan menjadi kaya dan pasukan bersenjata yang lebih baik. Pada tahun 1850 Inggris dan Amerika mengirimkan misi ke Bangkok menuntut akhir dari semua pembatasan perdagangan, pembentukan pemerintahan gaya barat dan kekebalan bagi warga negara mereka dari hukum Siam (ekstrateritorialitas). Rama III pemerintah menolak tuntutan ini, meninggalkan penggantinya dengan situasi yang berbahaya. Rama III dilaporkan mengatakan di ranjang kematiannya: "Kami tidak akan lagi perang dengan Burma dan Vietnam. Kami akan minta mereka hanya dengan Barat." ((Citation diperlukan | date = November 2007)). Pada tahun 1893 otoritas Perancis di Indocina digunakan untuk sengketa perbatasan kecil untuk memprovokasi krisis. Kapal meriam Perancis muncul di Bangkok, dan menuntut penyerahan wilayah Lao timur Mekong. Sang Raja memohon kepada Inggris, tetapi menteri Inggris mengatakan kepada Raja untuk menyelesaikan syarat-syarat apa saja yang bisa ia peroleh, dan ia tidak punya pilihan selain untuk mematuhi. Sebagai gantinya, Siam harus menyerahkan klaimnya atas Tai Shan berbatasan wilayah utara-timur Burma ke Inggris.
Prancis, bagaimanapun, terus menekan Siam,. Siam kali ini harus mengakui wilayah kekuasaan Prancis di tepi barat Mekong berlawanan dari Luang Prabang dan sekitar Champassack di selatan Laos, serta Kamboja barat. Campur Inggris untuk mencegah lebih banyak menggertak dari Siam perancis, tetapi harga mereka, pada tahun 1909 adalah penerimaan kedaulatan Inggris atas dari Kedah, Kelantan, Perlis dan Terengganu di bawah [ [Anglo-Siam Perjanjian tahun 1909]]. Semua ini "hilang teritori" berada di pinggiran dari Siam lingkup pengaruh dan tidak pernah aman di bawah kendali mereka, tetapi dipaksa untuk mengabaikan semua klaim kepada mereka adalah sebuah penghinaan besar kepada kedua raja dan negara (sejarawan David K . Wyatt menggambarkan Chulalongkorn sebagai "patah dalam semangat dan kesehatan" setelah krisis 1893). Pada awal abad 20 krisis ini diadopsi oleh pemerintah nasionalis semakin sebagai simbol perlunya negara untuk menyatakan dirinya sendiri terhadap Barat dan negara-negara tetangganya. Salah satu reformasi Rama V adalah untuk memperkenalkan gaya barat hukum kerajaan berturut-turut, maka pada tahun 1910 ia damai digantikan oleh putranya Vajiravudh, yang memerintah sebagai Rama VI. Dia telah dididik di Sandhurst akademi militer dan di Oxford.(DGE. Hall :746)  Ada beberapa reformasi politik di bawah Rama V, tetapi raja masih absolut raja, yang bertindak sebagai perdana menteri sendiri dan staf semua lembaga negara dengan kerabatnya sendiri. Vajiravudh, dengan pendidikan Inggris, tahu bahwa sisa bangsa tidak dapat dikecualikan dari pemerintah untuk selama-lamanya, tetapi ia tidak demokrat. Ia menerapkan pengamatannya dari keberhasilan monarki Inggris, muncul lebih banyak di depan umum dan lebih kerajaan mengadakan upacara. Tapi dia juga pada ayahnya program modernisasi. Poligami itu dihapuskan, membuat pendidikan dasar wajib, dan pada tahun 1916 perguruan tinggi datang ke Siam dengan pendirian Chulalongkorn University (DGE Hall: 749), yang pada waktu menjadi persemaian Siam baru inteligensia, Solusi lain dia temukan adalah untuk mendirikan Wild Tiger Corps, sebuah organisasi paramiliter warga Siam. Kudeta tahun 1932 mengubah Siam menjadi Thailand modern yang berupa monarki konstitusional. Perubahan nama dari Siam menjadi Thailand sendiri baru diumumkan Perdana Menteri Plaek Pibulsonggram (Phibun) pada tahun 1939. Pemerintahan Perdana Menteri Phibun ini ditandai dengan bangkitnya nasionalisme Thai.
Pada bulan Januari 1941, Thailand menginvasi Indocina Perancis, dan memulai perang Thai-Perancis. Thailand berhasil merebut Laos, sedangkan Perancis memenangkan pertempuran laut Koh-Chang. Perang tersebut berakhir lewat mediasi Jepang. Perancis dipaksa Jepang untuk melepaskan wilayah sengketa kepada Thailand. Dalam perang dunia II Thailand memberi hak kepada Jepang untuk menggerakkan pasukannya dalam wilayah Thailand menuju Malaya, yang pada saat itu dikuasai Inggris. Pada bulan Desember 1941 Thailand dan Jepang menyetujui persekutuan militer yang berisi persetujuan Jepang untuk membantu Thailand untuk merebut kembali wilayah yang diambil Britania dan Perancis (Shan, Malaya, Singapura, sebagian Yunnan, Laos dan Kamboja). Sebagai imbalannya, Thailand akan membantu Jepang menghadapi Sekutu. Setelah kekalahan Jepang,, Thailand diperlakukan sebagai negara yang kalah oleh Britania dan Perancis. Namun dukungan Amerika Serikat terhadap Thailand membatasi kerugian yang diderita Thailand. Thailand harus mengembalikan wilayah yang diperolehnya dari kedua negara Eropa tersebut, namun Thailand sendiri tidak diduduki. Thailand kemudian menjadi sekutu Amerika Serikat menghadapi ancaman komunisme dari negara-negara tetangganya.
2.1.3        Malaya
Selama abad ke-19, banyak negeri Melayu berupaya untuk mendapatkan bantuan Britania untuk menyelesaikan konflik-konflik internal mereka. Kepentingan komersial pertambangan timah di negeri-negeri Melayu bagi para saudagar di Negeri-Negeri Selat membuat pemerintah Britania melakukan campur tangan di dalam negeri-negeri penghasil timah di Semenanjung Malaya. Diplomasi Kapal Meriam Britania ditugaskan demi mewujudkan resolusi perdamaian terhadap kekacauan sipil yang disebabkan oleh bandit Cina dan Melayu. Pada akhirnya Perjanjian Pangkor 1874 meretas jalan untuk perluasan pengaruh Britania di Malaya. Memasuki abad ke-20, negeri Pahang, Selangor, Perak, dan Negeri Sembilan, bersama-sama dikenal sebagai Negeri-negeri Melayu Bersekutu (jangan dirancukan dengan Federasi Malaya), di bawah kendali de facto residen Britania diangkat untuk menasihati para penguasa Melayu. Orang Britania menjadi "penasihat" di atas kertas, tetapi sebenarnya, mereka menjalankan pengaruh penting di atas para penguasa Melayu. Britania Raya mengurus urusan luar negeri dan pertahanan federasi, sementara negara ini mengurus kebijakan dalam negeri. Residen Jenderal Britania akan memberikan saran bagi urusan domestik, dan negara terikat dengan traktat untuk mengikuti saran itu. Ibukota federasi ini adalah Kuala Lumpur.  Dibawah perdana menteri johor datuk onn bin jaafar, organisasi persatuan nasional Malaya atau UMNO, muncul cabang-cabang di mana-mana. Di beri tugas untuk menghindarkan kehancuran kehormatan umum dari kemusnahan suku bangsa. (DGE .Hall: 783)
Mengikuti Invasi Jepang ke Malaya dan pendudukan beruntunnya selama Perang Dunia II, dukungan rakyat untuk kemerdekaan tumbuh. Pasca-perang, Britania berencana menyatukan pengelolaan Malaya di bawah koloni mahkota tunggal yang disebut Uni Malaya didirikan dengan penentangan yang hebat dari Suku Melayu, yang melawan upaya pelemahan penguasa Melayu dan mengizinkan kewarganegaraan ganda kepada Tionghoa-Malaysia dan kaum imigran lainnya. Uni Malaya, didirikan pada 1946 dan terdiri dari semua kepemilikan Britania di Malaya, kecuali Singapura, dibubarkan pada 1948 dan diganti oleh Federasi Malaya, yang mengembalikan pemerintahan sendiri para penguasa negeri-negeri Malaya di bawah perlindungan Britania.
Selama masa itu, pemberontakan di bawah kepemimpinan Partai Komunis Malaya melaksanakan operasi gerilya yang dirancang untuk mengusir Britania dari Malaya. Darurat Malaya, begitulah dikenalnya, berlangsung sejak 1948 hingga 1960, dan melibatkan kampanye anti-kekacauan oleh serdadu Persemakmuran di Malaya. Meskipun kekacauan dengan cepat ditumpas masih saja menyisakan kehadiran serdadu persemakmuran, dengan latar belakang Perang Dingin. Melawan latar belakang ini, kemerdekaan untuk Federasi di dalam Persemakmuran diberikan pada 31 Agustus 1957.
2.2 timbulnya gerakan perlawanan dan kebangsaan di Singapura, Brunai, Serawak dan Sabah
2.2.1 Singapura
Dalam imperialisnya di bidang ekonomi, Inggris tidak mengeruk sumber daya alam yang terdapat di Singapura karena Singapura merupakan wilayah yang tidak luas dan tidak memiliki kekayaan sumber daya alam. Akan tetapi Singapura merupakan wilayah yang strategis dalam jalur perdagangan Internasional. Dan hal itulah yang membuat Inggris mempertahankan Singapura sebagai daerah koloninya.
Singapura sebagai pelabuhan yang bebas membuat kekayaan semakin melimpah ke kantong-kantong negara induk yaitu negara Inggris. Meskipun hal tersaebut membuat perekonomian Inggris semakin maju, Inggris tidak mengeluarkan dana yang banyak bagi kepentingan penduduk Singapura. Hal tersebut dapat dilihat dari buruknya tingkat kesehatan. Pelayanan kesehatan di Singapura sangat diabaikan dan banyak rakyat Singapura terkena penyakit seperti kolera dan cacar. Kekurangan gizi menjadi kekhawatiran terbesar di kalangan orang-orang dan merokok candu adalah kejahatan sosial yang lazim di Singapura.
Singapura merupakan pelabuhan yang sangat penting dalam perekonomian. Inggris sangat merendahkan budaya asli dan memandang bahwa budayanya adalah peradaban tertinggi. Dengan ramainya aktifitas perdagangan di pelabuhan membuat semakin banyak jumlah etnik Internasional berinteraksi. Hal itu menyebabkan  hingga kini banyak berbagai etnik yang mendiami Singapura seperti etnis Cina, India dan sebagainya.
Dalam bidang politik, awalnya Inggris tidak memberikan kewenangan kepada penduduk pribumi dalam mengurus wilayahnya. Karena Inggris menganggap hal itu akan menghambat laju inggris dalam menjalankan imperialismenya di Singapura. Akan tetapi seiring dengan maju dan ramainya perdagangan, terlebih saat kembalinya Singapura ke pangkuan Inggris setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, Inggris memberikan keleluasaan penduduk pribumi unutk memegang jabatan yang bersifat politis yang akhiranya Inggris memberikan kemerdekaan kepada Singapura
Pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang Pearl Harbour. Salah satu tujuan Jepang adalah untuk menguasai Asia Tenggara ialah karena faktor ekonomi. Singapura yang merupakan pangkalan utama Militer Sekutu ialah sasaran utama Jepang. Hingga akhirnya Singapura beralih tangan di bawah penjajahan Jepang pada tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 yaitu ketika Inggris bertekuk lutut pada Perang Dunia II.
Di Singapura banyak yang beranggapan bahwa Jepang akan menyerangnya terlebih dahulu sebelum menyerang Malaysia. Pihak Inggris mempersiapkan diri dengan menyediakan kontingen perang terbaiknya. Hal ini termasuk dengan pengadaan kapal perang HMS Prince of Wales dan kapal perang HMS Repulse. Mereka juga menyediakan beberapa kapal perang yang lain.
Pada 8 Desember 1941, tentara Jepang mendarat di Kota Bharu, Kelantan. Selepas dua hari laskar-laskar Jepang mendarat, kapal Prince of Wales dan kapal Repulse tenggelam akibat dimusnahkan oleh tentara Jepang. Tentara Jepang terus maju ke seluruh Tanah Melayu menyebabkan tentara Inggris terpaksa mundur ke selatan ke Singapura. Menjelang 31 Januari 1942, selepas 55 hari bermulanya penyerangan tentara Jepang, tentara Jepang sudah berhasil menguasai keseluruhan Tanah Melayu dan bersiap sedia untuk menyerang Singapura.
Selepas beberapa pertempuran, Letnan-Jenderal Arthur Ernest Percival dan laskar-laskar Inggris menyerah kalah kepada Jeneral Yamashita Tomoyuki pada Tahun Baru Imlek yaitu 15 Februari 1942. Lebih kurang 130.000 laskar India, Australia dan Inggris menjadi tahanan perang. Jatuhnya Singapura merupakan penyerahan kalah terbesar British dalam sejarah.Singapura kemudian dinamakan menjadi Syonan-to (Cahaya Selatan) dalam bahasa Jepang. Singapura diduduki oleh Jepang dari tahun 1942 hingga tahun 1945.
Singapura dikembalikan kepada Inggris akhir PD II. Pada tahun 1959 diberi hak oleh Inggris untuk memerintah sendiri.Ketua Front Buruh, David Marshall, menjadi Ketua Menteri Singapura yang pertama. Dia memerintah sebuah pemerintahan yang tidak stabil dan mengakibatkan terjadinya peritiwa mogok besar-besaran. Pada bulan April 1956, dia ke London untuk berbincang mengenai kemerdekaan Singapura tetapi tidak berhasil karena pengaruh komunis di Singapura. Marshall terus menekan Inggris bahwa dia akan meletakkan jabatan sekiranya Inggris tidak memberi kemerdekaan kepada Singapura. Tetapi Inggris tidak menghiraukan gugatan Marshall dan akhirnya dia terpaksa melepaskan jabatannya.
Ketua Menteri Singapura selanjutnya ialah Lim Yew Hock. Ia mengambil tindakan yang tegas terhadap ketua-ketua kesatuan sekerja dan anggota-anggota pro-komunis. Tindakan tegas Lim menyebabkan Inggris setuju untuk memberikan pemerintahan sendiri kepada Singapura.
Singapura merupakan Republik Parlementer dan telah menetapkan Perwakilan demokrasi sebagai sistem politik negara. Memiliki sistem Westminster yang mewakili berbagai konstituen. Kekuasaan yang berdaulat terletak pada kabinet dan dipimpin oleh Perdana Menteri. Pemilihan Presiden lebih pada pendekatan seremonial , namun panggilan pada persoalan hukum semata-mata terletak pada Parlemen Singapura.
Dengan sistem Westminster seperti model Parlemen dari Inggris. Sistem menetapkan pedoman untuk operasi legislatif. Kepala negara yang berdaulat memegang kekuasaan eksekutif. Kepala negara memainkan peranan penting dalam menjalankan urusan negara seperti Perdana menteri yang ditunjuk oleh kepala negara. Lembaga yang lebih rendah di parlemen memiliki kewenangan untuk mencabut pemerintahan lewat mosi tidak percaya atau peraturan sejenisnya untuk menstabilkan skenario politik.
Sebuah sistem multi partai dan badan pembuat undang-undang yang dipilih memperlancar fungsi sistem politik di Singapura. Unicameralism adalah sistem politik yang memiliki satu legislatif atau satu majelis parlemen.
2.2.2        Brunei Darussalam
            Pada Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja di sana serta menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Sebagai balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian "Rajah" Sarawak di Barat Laut Borneo sebelum meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya. Pada tanggal 19 Desember 1846, pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepada James Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah Brunei jatuh ke tangan Inggris melalui perusahaan-perusahaan dagang dan pemerintahnya sampai wilayah Brunei kelak berdiri sendiri di bawah protektorat Inggris sampai berdiri sendiri tahun 1984.
Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunei menjadi sebuah negeri di bawah perlindungan kerajaan Britania dengan mengekalkan kedaulatan dalam negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap diawasi Britania. Pada tahun 1906, Brunei menerima suatu lagi langkah perluasan kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang residen Britania, yang menasihati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali yang bersangkut-paut dengan adat istiadat setempat dan agama.
Pada tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa memerintah kecuali dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk sebuah badan perundangan pada tahun 1962 terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan oleh partai oposisi yaitu Partai Rakyat Brunei dan dengan bantuan Britania, pemberontakan ini berhasil diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak rencana (walaupun pada awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung dengan Singapura, Sabah, Sarawak, dan Tanah Melayu untuk membentuk Malaysia dan akhirnya Sultan Brunei ketika itu berkehendak untuk membentuk sebuah negara yang merdeka.
Pada 1967, Omar Ali Saifuddin III telah turun dari takhta dan melantik putra sulungnya Hassanal Bolkiah, menjadi Sultan Brunei ke-29. Baginda juga berkenan menjadi Menteri Pertahanan setelah Brunei mencapai kemmerdekaan penuh dan disandangkan gelar Paduka Seri Begawan Sultan. Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunei Town, telah diubah namanya menjadi Bandar Seri Begawan untuk mengenang jasa baginda. Baginda mangkat pada tahun 1986.
Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan. Pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
2.2.2 Serawak dan Sabah
Sultan Sulu meminta bantuan Inggris memulihkan ketertiban. Sebagai imbalan, Sultan Sulu menyerahkan sebagian wilayahnya pada Inggris. Tapi sebagian kawasan di bagian utara Kalimantan itu dulu pernah juga diperintah oleh Brunei. Maka tahun 1877 dan 1878, Sultan Brunei dan Sultan Sulu menyerahkan bagian utara dan timur Sabah kepada Baron Overbeck. Padagang Inggris itu kemudian menyerahkan pula semua wilayah itu kepada rekan bisnisnya, Alfred Dent dan adiknya. Dent bersaudara itu membentuk North Borneo Company (1882). Sedang negeri itu mendapat perlindungan Kerajaan Inggris sejak 1888. Akhirnya Kerajaan Inggris, sesudah Perang Dunia 11, yaitu tahun 1946, membeli North Borneo dari perusahaan (company) itu. Dan pemerintahannya dipimpin oleh gubernur dengan bantuan sekelompok penasihat. Kemudian secara berangsur Inggris melepaskan jajahannya. Datang kemerdekaan bagi Malaya, Singapura, Sara-wak dan North Borneo--semua itu sepakat bergabung. Maka Malaysia pun terbentuk (Agustus 1963), tentu saja, dengan restu Inggris.


Sarawak dibawah kekuasaan Brunei sampai tahun 1800 tidak lagi mempunyai pengaruh yang besar di Borneo.tahun 1841 Inggris mendudukan James Brooke sebagai raja Sarawak (1841-1868).Dinasti Brooke berkuasa diSarawak sampai tahun 1941.James Brooke digantikan keponakanya : Charles Brooke(1868-1917),raja ketiga adalah Charles Vyner Brooke (1917-1941). (http://bataviase.co.id/node/392265) 
Kekuasan inggris bermula diSarawak ketika sultan Brunei ke 23,Omar Ali Syaifuddin II (1828-1852) mengangkat Pangeran mahkota menjadi Raja atau gubernur Sarawak.penindasan pangeran Brunei terhadap orang Melayu dan Bidayuh menimbulkan pemberontakan pada tahun 1836 yang menuntut kebebasan dari Brunei...Sultan Brunei mengirim Raja Muda Hasyim untuk mendamaikan pemberontakan yang dipimpin Dato’ Petinggi Ali…Pemberontakan itu dapat didamaikan dengan bantuan James Brooke,seorang pengembara Inggris yang dimasa mudanya menjadi perwira tentara Inggris di Hindia Timur .James Brooke yang datang di Sarawak tahun 1839,atas jasanya dilantik menjadi raja Sarawak pada 18 September 1842. Setelah tiga setengah tahun dibawah fasisme Jepang sesudah perang dunia II,Sarawak berada dibawah pemerintahan tentara Australia(1945-1946),pimpinan Jendral Mayor Woften. Tahun 1946-1963,Sarawak sebagai jajahan Inggris,..Timbul lagi perlawanan terhadap kekuasaan Inggris .Tahun 1949,terjadi pemberontakan gubernur Sarawak yang kedua,Duncan Steward Di sibu..Tahun 1962,pemberontak Brunei pimpinan Azahari telah mengacaukan Negeri Sarawak..Tahun 1963,Sarawak yang telah mendapatkan kemerdekaan,bergabung dalam Negara Federasi Malaysia….(Sejarah negeri Sarawak”,dalam buku Sarawak dalam Muzeum,1988,hal 10-113).

BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari awal masa kolonial, Inggris menekankan manfaat pendidikan, formal dan pendidikan gaya Barat menggantikan sistem pendidikan monastik tradisional. Rangoon University didirikan pada tahun 1920 dan 61ite perkotaan baru berevolusi. Mereka berusaha untuk menjembatani kesenjangan antara lama dan baru dengan menyebut Burma untuk reformasi Buddhis tradisional kepercayaan dan praktek. Pada 1906, Young Men's Buddha Asosiasi dibentuk dalam upaya untuk menegaskan identitas budaya Burma dan tetap berbeda dari penjajah. Pada tahun 1916, YMBA keberatan dengan fakta bahwa orang Eropa memakai sepatu tetap bertahan di dalam bangunan keagamaan, yang dianggap menghina. Berdirilah Republic Union of Burma atau Republik Persatuan Birma yang terdiri atas Pemerintahan Shan, Pemerintahan Kachin, Pemerintahan Karenni dan Pemerintahan Pusat. Myanmar yang berdiri pertama kali sebagai ”Burma Bersatu” tahun 1948 memiliki bentuk negara Republik independen dengan kepala negara Shao Shwe Thaik dan U Nu sebagai kepala pemerintahan. Pada tahun 1825 Inggris mengirim misi lain ke Bangkok. Mereka sekarang sudah mencaplok selatan Burma dan Siam dengan demikian tetangga ke barat, dan mereka juga memperluas kontrol mereka atas Malaya. Sang Raja enggan untuk menyerah pada tuntutan Inggris, tapi penasehat memperingatkan bahwa Siam akan menemui nasib yang sama seperti Burma kecuali Inggris ditampung. Thailand kemudian menjadi sekutu Amerika Serikat menghadapi ancaman komunisme dari negara-negara tetangganya. Selama abad ke-19, banyak negeri Melayu berupaya untuk mendapatkan bantuan Britania untuk menyelesaikan konflik-konflik internal mereka. Kepentingan komersial pertambangan timah di negeri-negeri Melayu bagi para saudagar di Negeri-Negeri Selat membuat pemerintah Britania melakukan campur tangan di dalam negeri-negeri penghasil timah di Semenanjung Malaya. Selama masa itu, pemberontakan di bawah kepemimpinan Partai Komunis Malaya melaksanakan operasi gerilya yang dirancang untuk mengusir Britania dari Malaya.
Dalam imperialisnya di bidang ekonomi, Inggris tidak mengeruk sumber daya alam yang terdapat di Singapura karena Singapura merupakan wilayah yang tidak luas dan tidak memiliki kekayaan sumber daya alam. Akan tetapi Singapura merupakan wilayah yang strategis dalam jalur perdagangan Internasional.
Singapura dikembalikan kepada Inggris akhir PD II. Pada tahun 1959 diberi hak oleh Inggris untuk memerintah sendiri.Ketua Front Buruh, David Marshall, menjadi Ketua Menteri Singapura yang pertama. Pada Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja di sana serta menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Sebagai balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian "Rajah" Sarawak di Barat Laut Borneo sebelum meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya. Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan. Pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
Kerajaan Inggris, sesudah Perang Dunia 11, yaitu tahun 1946, membeli North Borneo dari perusahaan (company) itu. Dan pemerintahannya dipimpin oleh gubernur dengan bantuan sekelompok penasihat. Kemudian secara berangsur Inggris melepaskan jajahannya. Datang kemerdekaan bagi Malaya, Singapura, Sara-wak dan North Borneo--semua itu sepakat bergabung. Maka Malaysia pun terbentuk (Agustus 1963), tentu saja, dengan restu Inggris.




DAFTAR PUSTAKA
Hall D.G.E, 1998, Sejarah Asia Tenggara  
Sumber Online :
diunduh pada tanggal 24 maret 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar