BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Bangsa Eropa pertama kali sampai di Asia Tenggara pada abad
keenam belas. Ketertarikan di bidang perdaganganlah yang umumnya membawa bangsa
Eropa ke Asia Tenggara, sementara para misionaris turut serta dalam kapal-kapal
dagang dengan harapan untuk menyebarkan agama Kristen ke wilayah ini.
Inggris, yang diwakili oleh British East India Company,
secara relatif datang ke wilayah ini lebih kemudian. Diawali dengan Penang,
Inggris mulai memperluaskan kerajaan mereka di Asia Tenggara. Mereka juga
menguasai wilayah-wilayah Belanda selama Perang Napoleon. Di tahun 1819,
Stamford Raffles mendirikanSingapura sebagai pusat perdagangan Inggris dalam
rangka persaingan mereka dengan Belanda. Meskipun demikian, persaingan tersebut
mereda di tahun 1824 ketika dikeluarkannya traktat Anglo-Dutch yang memperjelas
batas-batas kekuasaan mereka di Asia Tenggara. Sejak tahun 1850-an dan
seterusnya, mulailah terjadi peningkatan kecepatan kolonisasi di Asia Tenggara.
Kejadian ini, yang disebut juga dengan nama Imperialisme Baru,
memperlihatkan terjadinya penaklukan atas hampir seluruh wilayah di Asia
Tenggara, yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan kolonial Eropa. VOC dan East
India Company masing-masing dibubarkan oleh pemerintah Belanda dan pemerintah
Inggris, yang kemudian mengambil-alih secara langsung administrasi wilayah
jajahan mereka. Hanya Thailand saja yang terlepas dari pengalaman penjajahan
asing, meskipun Thailand juga sangat terpengaruh oleh politik kekuasaan dari
kekuatan-kekuatan Barat yang ada. (http://blogrusaktakterpakai.blogspot.com/2010/06/sejarah-asia-tenggara.html)
Tahun 1913, Inggris telah berhasil menduduki Burma, Malaya dan wilayah-wilayah Borneo, Perancis menguasai Indocina, Belanda memerintah Hindia Belanda, Amerika Serikat mengambil Filipina dari Spanyol, sementara Portugis masih berhasil memiliki Timor Timur.
Penguasaan kolonial memberikan dampak yang nyata terhadap
Asia Tenggara. Kekuatan-kekuatan kolonial memang memperoleh keuntungan yang
besar dari sumber daya alam dan dan pasar Asia Tenggara yang besar, akan tetapi
mereka juga mengembangkan wilayah ini dengan tingkat pengembangan yang
berbeda-beda. Perdagangan hasil pertanian, pertambangan dan ekonomi berbasis
eksport berkembang dengan cepat dalam periode ini. Peningkatan permintaan
tenaga kerja menghasilkan imigrasi besar-besaran, terutama dari India dan Cina,
sehingga terjadilah perubahan demografis yang cukup besar. Munculnya
lembaga-lembaga negara bangsa modern seperti birokrasi pemerintahan,
pengadilan, media cetak, dan juga pendidikan modern (dalam lingkup yang
terbatas}, turut menaburkan benih-benih kebangkitan grakan-gerakan nasionalisme
di wilayah-wilayah jajahan tersebut.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1
Bagaimana timbulnya gerakan perlawanan dan kebangsaan di Burma, Muangthai, dan
Malaya ?
1.2.2 Bagaimana timbulnya gerakan perlawanan dan
kebangsaan di Singapura, Brunai, Serawak dan Sabah ?
1.2
Tujuan
Tujuan
umum dari makalah ini adalah untuk memberi pengetahuan kepada pembaca tentang
Reaksi bangsa-bangsa Asia tenggara terhadap Imperialisme dan Kolonialisme
bangsa Barat. Tujuan khusus dari makalh ini adalah untuk memenuhi tugas Sejarah
Asia Tenggara II.
BAB
2. PEMBAHASAN
2.1
timbulnya gerakan perlawanan dan kebangsaan di Burma, Muangthai, dan Malaya
2.1.1 Burma
Dari awal masa kolonial, Inggris menekankan manfaat
pendidikan, formal dan pendidikan gaya Barat menggantikan sistem pendidikan
monastik tradisional. Rangoon University didirikan pada tahun 1920 dan 6 e1ite
perkotaan baru berevolusi. Mereka berusaha untuk menjembatani kesenjangan
antara lama dan baru dengan menyebut Burma untuk reformasi Buddhis tradisional
kepercayaan dan praktek. Pada 1906, Young Men's Buddha Asosiasi dibentuk dalam
upaya untuk menegaskan identitas budaya Burma dan tetap berbeda dari penjajah.
Pada tahun 1916, YMBA keberatan dengan fakta bahwa orang Eropa memakai sepatu
tetap bertahan di dalam bangunan keagamaan, yang dianggap menghina. Setelah demonstrasi
di 50 kota, pemerintah memutuskan bahwa abbas harus memiliki hak untuk
menentukan bagaimana pengunjung harus berpakaian dalam biara-biara - yang
berkuasa dianggap sebagai suatu kemenangan bagi YMBA.
Setelah pengenalan diri yang lebih besar pemerintah di India
dan penyebaran Marxisme, yang berganti nama sendiri YMBA Dewan Umum Asosiasi
Burma dan menuntut lebih otonomi untuk Burma Sebuah pemogokan ini
diselenggarakan di Universitas Yangoon tahun didirikan, dan ini tersebar di
seluruh sekolah negeri sebagai memboikot. Pemberontakan yang paling serius
dimulai oleh seorang biarawan bernama Saya San; itu merupakan upaya pertama
untuk mengusir Inggris dengan kekerasan. Dari 1930-1932, selama apa yang
kemudian dikenal sebagai Pemberontakan Saya San, 3.000 anak buahnya dibantai
dan 9.000 ditawan, sedangkan pemerintah hanya menderita korban 138. San saya
digantung pada 1937. Bawah tanah gerakan nasionalis juga memperoleh momentum di
tahun 1930-an dan di Universitas Rangoon Birma All-Gerakan Mahasiswa muncul. Rezim
kolonial jelas terguncang oleh sejauh mana kerusuhan dan tingkat kekerasan dan
pada tahun 1935 Pemerintah Burma Burma UU akhirnya diberi otonomi. Pada tahun
1936, kelompok-kelompok "pemimpin - Thakin Aung San dan Thakin Nu - yang
dipimpin serangan lain di universitas. Mereka menyebut diri mereka Thakin
seperti yang sebelumnya merupakan kehormatan hanya digunakan untuk alamat
Eropa. Pada tahun 1937 secara resmi memisahkan Burma dari British India. Ini
menerima konstitusi sendiri, sebuah badan legislatif terpilih dan 4 pemerintah
populer menjabat hingga pendudukan Jepang.
Perang menghasilkan banyak pahlawan. Stilwell, seorang
Amerika, setelah mundur melalui hutan ke India dengan 114 laki-laki, menelusuri
kembali langkah-langkah (melalui Assam, di seberang Sungai Chindwin untuk
Myitkyina, dan menuruni Irawadi ke Mandalay) dan membantu menangkap kembali
Yangoon Mei 1945. Wingate, seorang pahlawan perang Inggris, menggunakan taktik
gerilya untuk berhasil menembus garis Jepang. Buahnya dikenal sebagai Chindits
- setelah Chinthes mitologi, kuil yang undefeatable singa. Chennault pahlawan
lain, yang memimpin divisi airborn - julukan 'Flying Tigers' - yang ditakuti
oleh Jepang. Pasukan darat AS di Burma yang dikenal sebagai 'Merrill's
Marauders' dan terdiri dari sekitar 3.000 orang, dimana semua kecuali
segelintir tewas.
800 km-panjang-Jalan Ledo dari Assam ke Mong Yo, di mana ia
bergabung dengan Burma Road (lihat halaman 368) - yang dibangun selama perang
oleh 35.000 Burma dan beberapa ribu insinyur, untuk mengaktifkan kekuatan tanah
untuk memasukkan Burma dari India.
Tapi di 19 Juli, beberapa bulan sebelum Burma akan diberikan
kemerdekaan penuh, Aung San dan 5 dari menteri-menterinya dibunuh ketika
menghadiri pertemuan di Sekretariat di Rangoon. U-Saw, sayap kanan perdana
menteri pada masa pra-perang pemerintah kolonial didakwa menetas plot, dan
dilaksanakan; ia berharap untuk menciptakan peran kepemimpinan untuk dirinya
sendiri. Itu adalah tragedi untuk Burma sebagai Aung San tampaknya paling siap
untuk menyatukan berbagai faksi dan golongan minoritas; telah ia hidup,
pasca-perang sejarah Burma mungkin telah mengambil kursus yang sangat berbeda.
- Perjuangan Merebut Dan Mengisis
Kemerdekaan
di Burma
Sejarah militer Myanmar sendiri dimulai dengan pembentukan Tatmadaw, yang
merupakan lembaga resmi militer di Myanmar. Tercatat terjadi perang besar
selama 3 kali yakni di tahun 1824, 1852, dan 1885 yang kemudian melahirkan
banyak pahlawan nasional Myanmar.
Pada awal tahun 1940-an tercatat jumlah militer Myanmar hanya terdiri dari
12,3% dimana kelompok terbesar dalam militer adalah berasal dari etnis Karen
(27,8%), dan Kachin (22,9%) serta Chin sebanyak (22,6%). Selama masa Perang Dunia
II berlangsung beberapa dari angkatan bersenjata tersebut berlatih di India,
Paska pendudukan Jepang di Myanmar ditahun 1945, militer Inggris masuk kembali
ke Myanmar setelah kekalahan Jepang, kurang lebih dari 5.200 prajurit angkatan
bersenjata Burma digabungkan kedalam tentara Burma. Tentara modern Burma
berasal dari Perang Dunia II dan dari BIA (Burma Indepence Army), yang dibentuk
pada tanggal 26 Desember 1941 oleh Thirty Comrades, angkatan yang
dipimipn oleh Aung San yang mendapatkan pelatihan dari Jepang dan kemudian
kembali ke Burma bersama masuknya tentara Jepang.
Tujuan BIA sendiri adalah untuk kemerdekaan Burma yang ditempuh dengan
melalui cara kerjasama dengan pemerintah Jepang untuk melawan Inggris, Jepang
membantu mengorganisir angkatan bersenjata ini hingga menjadi Burma Defence
Army (BDA) pada tanggal 27 Juli 1942 dan akhirnya pada tanggal 27 Maret
1945 menjadi Patriotic Burma Front, dimana dukungan jepang berupa janji
pemberian kemerdekaan oleh Jepang, namun akhirnya Angkatan Bersenjata berbalik
menentang Jepang dan kemudian justru bergabung dengan tentara Inggris. Jenderal
Aung San melakukan negoisasi dengan tentara Inggris untuk mengorganisir militer
pada basis golongan sekutu (Class Company Basic), yang menjaga
separatisme etnis tetap pada jalur militer yang utuh.
Menurut pemikiran Aung San, organisasi yang demikian akan dapat mendukung
kemerdekaan Burma dengan mengatasi permasalahan minoritas dan etnis, hingga
pada tahun 1947, tentara Burma terdiri atas 15 batalyon reguler, 15 batalyon
Polisi Militer dan ditambah dengan batalyon prajurit non reguler. kemudian
merdeka dari Inggris tepatnya pada tanggal 4 Januari 1948 atas sebuah
kesepakatan damai antara Pemerintahan Kolonial Inggris dan kaum nasionalis
Burma dipimpin Thakin Nu, penerus Jendral Aung San yang tewas terbunuh. Jendral
Aung San, tokoh nasionalis Burma tersebut adalah ayah dari Aung San Suu Kyi. Ia
dibunuh oleh rival politiknya lantaran dituduh berkhianat dengan melakukan
kesepakatan dengan pihak Inggris dalam proses meraih kemerdekaan Burma.
Berdirilah Republic Union of Burma atau Republik Persatuan Birma yang
terdiri atas Pemerintahan Shan, Pemerintahan Kachin, Pemerintahan Karenni dan
Pemerintahan Pusat. Myanmar yang berdiri pertama kali sebagai ”Burma Bersatu”
tahun 1948 memiliki bentuk negara Republik independen dengan kepala negara Shao
Shwe Thaik dan U Nu sebagai kepala pemerintahan.
2.1.2 Muangthai
Pada tahun 1825
Inggris mengirim misi lain ke Bangkok. Mereka sekarang sudah mencaplok selatan
Burma dan Siam dengan demikian tetangga ke barat, dan mereka juga memperluas
kontrol mereka atas Malaya. Sang Raja enggan
untuk menyerah pada tuntutan Inggris, tapi penasehat memperingatkan bahwa Siam
akan menemui nasib yang sama seperti Burma kecuali Inggris ditampung. Pada
tahun 1826, oleh karena itu, Siam menyimpulkan perjanjian komersial pertama
dengan kekuatan Barat. Di bawah perjanjian, Siam sepakat untuk membentuk sistem
perpajakan yang seragam, untuk mengurangi pajak perdagangan asing dan
menghapuskan beberapa monopoli kerajaan. Akibatnya, Siam perdagangan meningkat
dengan pesat, banyak orang asing menetap di Bangkok, dan pengaruh budaya barat
mulai menyebar. Kerajaan menjadi kaya dan pasukan bersenjata yang lebih baik. Pada
tahun 1850 Inggris dan Amerika mengirimkan misi ke Bangkok menuntut akhir dari
semua pembatasan perdagangan, pembentukan pemerintahan gaya barat dan kekebalan
bagi warga negara mereka dari hukum Siam (ekstrateritorialitas).
Rama III pemerintah menolak tuntutan ini, meninggalkan penggantinya dengan
situasi yang berbahaya. Rama III dilaporkan mengatakan di ranjang kematiannya:
"Kami tidak akan lagi perang dengan Burma dan Vietnam. Kami akan minta
mereka hanya dengan Barat." ((Citation diperlukan | date = November 2007)).
Pada tahun 1893 otoritas Perancis di Indocina digunakan untuk sengketa
perbatasan kecil untuk memprovokasi krisis. Kapal meriam Perancis muncul di
Bangkok, dan menuntut penyerahan wilayah Lao timur Mekong. Sang Raja memohon kepada
Inggris, tetapi menteri Inggris mengatakan kepada Raja untuk menyelesaikan
syarat-syarat apa saja yang bisa ia peroleh, dan ia tidak punya pilihan selain
untuk mematuhi. Sebagai gantinya, Siam harus menyerahkan klaimnya atas Tai Shan
berbatasan wilayah utara-timur Burma ke Inggris.
Prancis,
bagaimanapun, terus menekan Siam,. Siam kali ini harus mengakui wilayah
kekuasaan Prancis di tepi barat Mekong berlawanan dari Luang Prabang dan
sekitar Champassack di selatan
Laos, serta Kamboja barat. Campur Inggris untuk mencegah lebih banyak
menggertak dari Siam perancis, tetapi harga mereka, pada tahun 1909 adalah
penerimaan kedaulatan Inggris atas dari Kedah, Kelantan, Perlis dan Terengganu di bawah [
[Anglo-Siam Perjanjian tahun 1909]]. Semua ini "hilang teritori"
berada di pinggiran dari Siam lingkup pengaruh dan tidak pernah aman di bawah
kendali mereka, tetapi dipaksa untuk mengabaikan semua klaim kepada mereka
adalah sebuah penghinaan besar kepada kedua raja dan negara (sejarawan David K . Wyatt
menggambarkan Chulalongkorn sebagai "patah dalam semangat dan
kesehatan" setelah krisis 1893). Pada awal abad 20 krisis
ini diadopsi oleh pemerintah nasionalis semakin sebagai simbol perlunya negara
untuk menyatakan dirinya sendiri terhadap Barat dan negara-negara tetangganya.
Salah satu reformasi Rama V adalah untuk memperkenalkan gaya barat hukum
kerajaan berturut-turut, maka pada tahun 1910 ia damai digantikan oleh putranya
Vajiravudh, yang memerintah sebagai Rama VI. Dia telah dididik di Sandhurst
akademi militer dan di Oxford.(DGE. Hall :746) Ada beberapa reformasi politik di bawah Rama
V, tetapi raja masih absolut raja, yang bertindak sebagai perdana menteri
sendiri dan staf semua lembaga negara dengan kerabatnya sendiri. Vajiravudh,
dengan pendidikan Inggris, tahu bahwa sisa bangsa tidak dapat dikecualikan dari
pemerintah untuk selama-lamanya, tetapi ia tidak demokrat. Ia menerapkan
pengamatannya dari keberhasilan monarki Inggris, muncul lebih banyak di depan
umum dan lebih kerajaan mengadakan upacara. Tapi dia juga pada ayahnya program
modernisasi. Poligami itu dihapuskan, membuat pendidikan dasar wajib, dan pada
tahun 1916 perguruan
tinggi datang ke Siam dengan pendirian Chulalongkorn
University (DGE Hall: 749), yang pada waktu menjadi persemaian Siam baru
inteligensia, Solusi lain dia temukan adalah untuk mendirikan Wild Tiger Corps,
sebuah organisasi paramiliter warga Siam. Kudeta tahun 1932 mengubah Siam
menjadi Thailand modern yang berupa monarki konstitusional. Perubahan nama dari
Siam menjadi Thailand sendiri baru diumumkan Perdana Menteri Plaek Pibulsonggram
(Phibun) pada tahun 1939. Pemerintahan Perdana Menteri Phibun ini ditandai
dengan bangkitnya nasionalisme Thai.
Pada bulan Januari 1941,
Thailand menginvasi Indocina Perancis, dan memulai perang
Thai-Perancis. Thailand berhasil merebut Laos, sedangkan Perancis memenangkan
pertempuran laut Koh-Chang. Perang tersebut berakhir lewat mediasi Jepang. Perancis dipaksa Jepang
untuk melepaskan wilayah sengketa kepada Thailand. Dalam perang dunia II
Thailand memberi hak kepada Jepang untuk menggerakkan pasukannya dalam wilayah
Thailand menuju Malaya, yang pada saat itu dikuasai Inggris. Pada bulan
Desember 1941 Thailand dan Jepang menyetujui persekutuan militer yang berisi
persetujuan Jepang untuk membantu Thailand untuk merebut kembali wilayah yang
diambil Britania dan Perancis (Shan,
Malaya, Singapura, sebagian Yunnan, Laos dan Kamboja). Sebagai imbalannya,
Thailand akan membantu Jepang menghadapi Sekutu. Setelah kekalahan Jepang,, Thailand
diperlakukan sebagai negara yang kalah oleh Britania dan Perancis. Namun
dukungan Amerika Serikat terhadap Thailand membatasi kerugian yang diderita
Thailand. Thailand harus mengembalikan wilayah yang diperolehnya dari kedua
negara Eropa tersebut, namun Thailand sendiri tidak diduduki. Thailand kemudian
menjadi sekutu Amerika Serikat menghadapi ancaman komunisme dari negara-negara
tetangganya.
2.1.3
Malaya
Selama abad ke-19, banyak negeri Melayu berupaya untuk
mendapatkan bantuan Britania untuk menyelesaikan konflik-konflik internal
mereka. Kepentingan komersial pertambangan timah di negeri-negeri Melayu
bagi para saudagar di Negeri-Negeri Selat membuat pemerintah Britania melakukan
campur tangan di dalam negeri-negeri penghasil timah di Semenanjung Malaya. Diplomasi Kapal Meriam
Britania ditugaskan demi mewujudkan resolusi perdamaian terhadap kekacauan
sipil yang disebabkan oleh bandit Cina dan Melayu. Pada akhirnya Perjanjian Pangkor 1874 meretas jalan untuk perluasan
pengaruh Britania di Malaya. Memasuki abad ke-20, negeri Pahang, Selangor, Perak, dan Negeri Sembilan,
bersama-sama dikenal sebagai Negeri-negeri
Melayu Bersekutu (jangan dirancukan dengan Federasi Malaya), di
bawah kendali de facto residen
Britania diangkat untuk menasihati para penguasa Melayu. Orang Britania menjadi
"penasihat" di atas kertas, tetapi sebenarnya, mereka menjalankan
pengaruh penting di atas para penguasa Melayu. Britania Raya mengurus urusan
luar negeri dan pertahanan federasi, sementara negara ini mengurus kebijakan
dalam negeri. Residen Jenderal Britania akan memberikan saran bagi urusan
domestik, dan negara terikat dengan traktat untuk mengikuti saran itu. Ibukota
federasi ini adalah Kuala
Lumpur. Dibawah perdana menteri
johor datuk onn bin jaafar, organisasi persatuan nasional Malaya atau UMNO,
muncul cabang-cabang di mana-mana. Di beri tugas untuk menghindarkan kehancuran
kehormatan umum dari kemusnahan suku bangsa. (DGE .Hall: 783)
Mengikuti Invasi Jepang ke
Malaya dan pendudukan beruntunnya selama Perang Dunia II,
dukungan rakyat untuk kemerdekaan tumbuh. Pasca-perang, Britania berencana
menyatukan pengelolaan Malaya di bawah koloni mahkota tunggal yang disebut Uni Malaya didirikan dengan
penentangan yang hebat dari Suku
Melayu, yang melawan upaya pelemahan penguasa Melayu dan mengizinkan
kewarganegaraan ganda kepada Tionghoa-Malaysia dan
kaum imigran lainnya. Uni Malaya, didirikan pada 1946 dan terdiri dari semua
kepemilikan Britania di Malaya, kecuali Singapura, dibubarkan pada 1948 dan
diganti oleh Federasi
Malaya, yang mengembalikan pemerintahan sendiri para penguasa
negeri-negeri Malaya di bawah perlindungan Britania.
Selama masa
itu, pemberontakan di bawah kepemimpinan Partai Komunis Malaya
melaksanakan operasi gerilya
yang dirancang untuk mengusir Britania dari Malaya. Darurat Malaya, begitulah
dikenalnya, berlangsung sejak 1948 hingga 1960, dan melibatkan kampanye
anti-kekacauan oleh serdadu Persemakmuran di Malaya. Meskipun
kekacauan dengan cepat ditumpas masih saja menyisakan kehadiran serdadu
persemakmuran, dengan latar belakang Perang Dingin. Melawan
latar belakang ini, kemerdekaan untuk Federasi di
dalam Persemakmuran diberikan pada 31 Agustus 1957.
2.2
timbulnya gerakan perlawanan dan kebangsaan di Singapura, Brunai, Serawak dan
Sabah
2.2.1 Singapura
Dalam imperialisnya di bidang
ekonomi, Inggris tidak mengeruk sumber daya alam yang terdapat di Singapura
karena Singapura merupakan wilayah yang tidak luas dan tidak memiliki kekayaan
sumber daya alam. Akan tetapi Singapura merupakan wilayah yang strategis dalam
jalur perdagangan Internasional. Dan hal itulah yang membuat Inggris
mempertahankan Singapura sebagai daerah koloninya.
Singapura sebagai pelabuhan yang
bebas membuat kekayaan semakin melimpah ke kantong-kantong negara induk yaitu
negara Inggris. Meskipun hal tersaebut membuat perekonomian Inggris semakin
maju, Inggris tidak mengeluarkan dana yang banyak bagi kepentingan penduduk
Singapura. Hal tersebut dapat dilihat dari buruknya tingkat kesehatan.
Pelayanan kesehatan di Singapura sangat diabaikan dan banyak rakyat Singapura
terkena penyakit seperti kolera dan cacar. Kekurangan gizi menjadi kekhawatiran
terbesar di kalangan orang-orang dan merokok candu adalah kejahatan sosial yang
lazim di Singapura.
Singapura merupakan pelabuhan
yang sangat penting dalam perekonomian. Inggris sangat merendahkan
budaya asli dan memandang bahwa budayanya adalah peradaban tertinggi. Dengan
ramainya aktifitas perdagangan di pelabuhan membuat semakin banyak jumlah etnik
Internasional berinteraksi. Hal itu menyebabkan
hingga kini banyak berbagai etnik yang mendiami Singapura seperti etnis
Cina, India dan sebagainya.
Dalam bidang politik, awalnya
Inggris tidak memberikan kewenangan kepada penduduk pribumi dalam mengurus
wilayahnya. Karena Inggris menganggap hal itu akan menghambat laju inggris
dalam menjalankan imperialismenya di Singapura. Akan tetapi seiring dengan maju
dan ramainya perdagangan, terlebih saat kembalinya Singapura ke pangkuan
Inggris setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, Inggris memberikan
keleluasaan penduduk pribumi unutk memegang jabatan yang bersifat politis yang
akhiranya Inggris memberikan kemerdekaan kepada Singapura
Pada 7 Desember 1941, Jepang
menyerang Pearl Harbour. Salah satu tujuan Jepang adalah untuk menguasai Asia
Tenggara ialah karena faktor ekonomi. Singapura yang merupakan pangkalan utama
Militer Sekutu ialah sasaran utama Jepang. Hingga akhirnya Singapura beralih
tangan di bawah penjajahan Jepang pada tahun 1942 sampai dengan tahun 1945
yaitu ketika Inggris bertekuk lutut pada Perang Dunia II.
Di Singapura banyak yang
beranggapan bahwa Jepang akan menyerangnya terlebih dahulu sebelum menyerang
Malaysia. Pihak Inggris mempersiapkan diri dengan menyediakan kontingen perang
terbaiknya. Hal ini termasuk dengan pengadaan kapal perang HMS Prince of
Wales dan kapal perang HMS Repulse. Mereka juga menyediakan
beberapa kapal perang yang lain.
Pada 8 Desember 1941, tentara
Jepang mendarat di Kota Bharu, Kelantan. Selepas dua hari laskar-laskar Jepang
mendarat, kapal Prince of Wales dan kapal Repulse tenggelam
akibat dimusnahkan oleh tentara Jepang. Tentara Jepang terus maju ke seluruh
Tanah Melayu menyebabkan tentara Inggris terpaksa mundur ke selatan ke
Singapura. Menjelang 31 Januari 1942, selepas 55 hari bermulanya penyerangan
tentara Jepang, tentara Jepang sudah berhasil menguasai keseluruhan Tanah
Melayu dan bersiap sedia untuk menyerang Singapura.
Selepas beberapa pertempuran,
Letnan-Jenderal Arthur Ernest Percival dan laskar-laskar Inggris menyerah kalah
kepada Jeneral Yamashita Tomoyuki pada Tahun Baru Imlek yaitu 15 Februari 1942.
Lebih kurang 130.000 laskar India, Australia dan Inggris menjadi tahanan
perang. Jatuhnya Singapura merupakan penyerahan kalah terbesar British dalam
sejarah.Singapura kemudian dinamakan menjadi Syonan-to (Cahaya Selatan)
dalam bahasa Jepang. Singapura diduduki oleh Jepang dari tahun 1942 hingga
tahun 1945.
Singapura dikembalikan kepada
Inggris akhir PD II. Pada tahun 1959 diberi hak oleh Inggris untuk memerintah
sendiri.Ketua Front Buruh, David Marshall, menjadi Ketua Menteri Singapura yang
pertama. Dia memerintah sebuah pemerintahan yang tidak stabil dan mengakibatkan
terjadinya peritiwa mogok besar-besaran. Pada bulan April 1956, dia ke London
untuk berbincang mengenai kemerdekaan Singapura tetapi tidak berhasil karena
pengaruh komunis di Singapura. Marshall terus menekan Inggris bahwa dia akan
meletakkan jabatan sekiranya Inggris tidak memberi kemerdekaan kepada
Singapura. Tetapi Inggris tidak menghiraukan gugatan Marshall dan akhirnya dia
terpaksa melepaskan jabatannya.
Ketua Menteri Singapura
selanjutnya ialah Lim Yew Hock. Ia mengambil tindakan yang tegas terhadap
ketua-ketua kesatuan sekerja dan anggota-anggota pro-komunis. Tindakan tegas
Lim menyebabkan Inggris setuju untuk memberikan pemerintahan sendiri kepada
Singapura.
Singapura merupakan Republik Parlementer dan telah menetapkan Perwakilan
demokrasi sebagai sistem politik negara. Memiliki sistem Westminster yang
mewakili berbagai konstituen. Kekuasaan yang berdaulat terletak pada kabinet
dan dipimpin oleh Perdana Menteri. Pemilihan Presiden lebih pada pendekatan
seremonial , namun panggilan pada persoalan hukum semata-mata terletak pada
Parlemen Singapura.
Dengan sistem Westminster seperti model Parlemen dari Inggris. Sistem
menetapkan pedoman untuk operasi legislatif. Kepala negara yang berdaulat
memegang kekuasaan eksekutif. Kepala negara memainkan peranan penting dalam
menjalankan urusan negara seperti Perdana menteri yang ditunjuk oleh kepala
negara. Lembaga yang lebih rendah di parlemen memiliki kewenangan untuk
mencabut pemerintahan lewat mosi tidak percaya atau peraturan sejenisnya untuk
menstabilkan skenario politik.
Sebuah sistem multi partai dan badan
pembuat undang-undang yang dipilih memperlancar fungsi sistem politik di
Singapura. Unicameralism adalah sistem politik yang memiliki satu legislatif
atau satu majelis parlemen.
2.2.2
Brunei
Darussalam
Pada Tahun 1839, James
Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja di sana serta
menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Sebagai
balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian "Rajah" Sarawak di Barat
Laut Borneo sebelum meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya. Pada tanggal 19 Desember
1846, pulau Labuan dan
sekitarnya diserahkan kepada James Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah Brunei
jatuh ke tangan Inggris melalui perusahaan-perusahaan dagang dan pemerintahnya
sampai wilayah Brunei kelak berdiri sendiri di bawah protektorat Inggris sampai
berdiri sendiri tahun 1984.
Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang
meluaskan penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunei menjadi
sebuah negeri di bawah perlindungan kerajaan Britania dengan mengekalkan
kedaulatan dalam negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap diawasi
Britania. Pada tahun 1906,
Brunei menerima suatu lagi langkah perluasan kekuasaan Britania saat kekuasaan
eksekutif dipindahkan kepada seorang residen Britania, yang menasihati baginda
Sultan dalam semua perkara, kecuali yang bersangkut-paut dengan adat istiadat
setempat dan agama.
Pada tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa
memerintah kecuali dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di
mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk
sebuah badan perundangan pada tahun 1962 terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan oleh partai
oposisi yaitu Partai Rakyat Brunei
dan dengan bantuan Britania, pemberontakan ini berhasil diberantas. Pada akhir
1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak rencana (walaupun pada
awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung dengan Singapura, Sabah, Sarawak, dan Tanah Melayu untuk membentuk Malaysia dan
akhirnya Sultan Brunei ketika itu berkehendak untuk membentuk sebuah negara
yang merdeka.
Pada 1967,
Omar Ali Saifuddin III telah turun dari
takhta dan melantik putra sulungnya Hassanal
Bolkiah, menjadi Sultan Brunei ke-29. Baginda juga berkenan menjadi Menteri
Pertahanan setelah Brunei mencapai kemmerdekaan penuh dan disandangkan gelar Paduka Seri Begawan
Sultan. Pada tahun 1970,
pusat pemerintahan negeri Brunei Town, telah diubah namanya menjadi Bandar Seri Begawan untuk mengenang jasa
baginda. Baginda mangkat pada tahun 1986.
Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian
Kerjasama dan Persahabatan. Pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam
telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
2.2.2 Serawak dan Sabah
Sultan Sulu meminta bantuan Inggris
memulihkan ketertiban. Sebagai imbalan, Sultan Sulu menyerahkan sebagian
wilayahnya pada Inggris. Tapi sebagian kawasan di bagian utara Kalimantan itu
dulu pernah juga diperintah oleh Brunei. Maka tahun 1877 dan 1878, Sultan
Brunei dan Sultan Sulu menyerahkan bagian utara dan timur Sabah kepada Baron
Overbeck. Padagang Inggris itu kemudian menyerahkan pula semua wilayah itu
kepada rekan bisnisnya, Alfred Dent dan adiknya. Dent bersaudara itu membentuk
North Borneo Company (1882). Sedang negeri itu mendapat perlindungan Kerajaan
Inggris sejak 1888. Akhirnya Kerajaan Inggris, sesudah Perang Dunia 11, yaitu
tahun 1946, membeli North Borneo dari perusahaan (company) itu. Dan pemerintahannya
dipimpin oleh gubernur dengan bantuan sekelompok penasihat. Kemudian secara
berangsur Inggris melepaskan jajahannya. Datang kemerdekaan bagi Malaya,
Singapura, Sara-wak dan North Borneo--semua itu sepakat bergabung. Maka
Malaysia pun terbentuk (Agustus 1963), tentu saja, dengan restu Inggris.
Sarawak
dibawah kekuasaan Brunei sampai tahun 1800 tidak lagi mempunyai pengaruh yang
besar di Borneo.tahun 1841 Inggris mendudukan James Brooke sebagai raja Sarawak
(1841-1868).Dinasti Brooke berkuasa diSarawak sampai tahun 1941.James Brooke
digantikan keponakanya : Charles Brooke(1868-1917),raja ketiga adalah Charles
Vyner Brooke (1917-1941). (http://bataviase.co.id/node/392265)
Kekuasan
inggris bermula diSarawak ketika sultan Brunei ke 23,Omar Ali Syaifuddin II
(1828-1852) mengangkat Pangeran mahkota menjadi Raja atau gubernur
Sarawak.penindasan pangeran Brunei terhadap orang Melayu dan Bidayuh
menimbulkan pemberontakan pada tahun 1836 yang menuntut kebebasan dari
Brunei...Sultan Brunei mengirim Raja Muda Hasyim untuk mendamaikan
pemberontakan yang dipimpin Dato’ Petinggi Ali…Pemberontakan itu dapat
didamaikan dengan bantuan James Brooke,seorang pengembara Inggris yang dimasa
mudanya menjadi perwira tentara Inggris di Hindia Timur .James Brooke yang
datang di Sarawak tahun 1839,atas jasanya dilantik menjadi raja Sarawak pada 18
September 1842. Setelah tiga setengah tahun dibawah fasisme Jepang sesudah
perang dunia II,Sarawak berada dibawah pemerintahan tentara
Australia(1945-1946),pimpinan Jendral Mayor Woften. Tahun 1946-1963,Sarawak
sebagai jajahan Inggris,..Timbul lagi perlawanan terhadap kekuasaan Inggris
.Tahun 1949,terjadi pemberontakan gubernur Sarawak yang kedua,Duncan Steward Di
sibu..Tahun 1962,pemberontak Brunei pimpinan Azahari telah mengacaukan Negeri
Sarawak..Tahun 1963,Sarawak yang telah mendapatkan kemerdekaan,bergabung dalam
Negara Federasi Malaysia….(Sejarah negeri Sarawak”,dalam buku Sarawak dalam
Muzeum,1988,hal 10-113).
BAB
3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
awal masa kolonial, Inggris menekankan manfaat pendidikan, formal dan
pendidikan gaya Barat menggantikan sistem pendidikan monastik tradisional.
Rangoon University didirikan pada tahun 1920 dan 61ite perkotaan baru
berevolusi. Mereka berusaha untuk menjembatani kesenjangan antara lama dan baru
dengan menyebut Burma untuk reformasi Buddhis tradisional kepercayaan dan
praktek. Pada 1906, Young Men's Buddha Asosiasi dibentuk dalam upaya untuk
menegaskan identitas budaya Burma dan tetap berbeda dari penjajah. Pada tahun
1916, YMBA keberatan dengan fakta bahwa orang Eropa memakai sepatu tetap bertahan
di dalam bangunan keagamaan, yang dianggap menghina. Berdirilah Republic Union of Burma atau Republik
Persatuan Birma yang terdiri atas Pemerintahan Shan, Pemerintahan Kachin,
Pemerintahan Karenni dan Pemerintahan Pusat. Myanmar yang berdiri pertama kali
sebagai ”Burma Bersatu” tahun 1948 memiliki bentuk negara Republik independen
dengan kepala negara Shao Shwe Thaik dan U Nu sebagai kepala pemerintahan. Pada
tahun 1825 Inggris mengirim misi lain ke Bangkok. Mereka sekarang sudah
mencaplok selatan Burma dan Siam dengan demikian tetangga ke barat, dan mereka
juga memperluas kontrol mereka atas Malaya. Sang Raja enggan untuk
menyerah pada tuntutan Inggris, tapi penasehat memperingatkan bahwa Siam akan
menemui nasib yang sama seperti Burma kecuali Inggris ditampung. Thailand
kemudian menjadi sekutu Amerika Serikat menghadapi ancaman komunisme dari negara-negara
tetangganya. Selama abad ke-19, banyak negeri Melayu berupaya untuk mendapatkan
bantuan Britania untuk menyelesaikan konflik-konflik internal mereka.
Kepentingan komersial pertambangan timah
di negeri-negeri Melayu bagi para saudagar di Negeri-Negeri Selat membuat
pemerintah Britania melakukan campur tangan di dalam negeri-negeri penghasil
timah di Semenanjung Malaya. Selama masa itu, pemberontakan di bawah kepemimpinan
Partai Komunis
Malaya melaksanakan operasi gerilya
yang dirancang untuk mengusir Britania dari Malaya.
Dalam imperialisnya di bidang ekonomi, Inggris tidak mengeruk sumber daya
alam yang terdapat di Singapura karena Singapura merupakan wilayah yang tidak
luas dan tidak memiliki kekayaan sumber daya alam. Akan tetapi Singapura
merupakan wilayah yang strategis dalam jalur perdagangan Internasional.
Singapura
dikembalikan kepada Inggris akhir PD II. Pada tahun 1959 diberi hak oleh
Inggris untuk memerintah sendiri.Ketua Front Buruh, David Marshall, menjadi
Ketua Menteri Singapura yang pertama. Pada Tahun 1839, James
Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja di sana serta
menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Sebagai
balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian "Rajah" Sarawak di Barat
Laut Borneo sebelum meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya. Pada 4 Januari 1979, Brunei dan
Britania Raya telah menandatangani Perjanjian
Kerjasama dan Persahabatan. Pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam
telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
Kerajaan Inggris, sesudah Perang Dunia 11, yaitu tahun 1946,
membeli North Borneo dari perusahaan (company) itu. Dan pemerintahannya
dipimpin oleh gubernur dengan bantuan sekelompok penasihat. Kemudian secara
berangsur Inggris melepaskan jajahannya. Datang kemerdekaan bagi Malaya,
Singapura, Sara-wak dan North Borneo--semua itu sepakat bergabung. Maka Malaysia
pun terbentuk (Agustus 1963), tentu saja, dengan restu Inggris.
DAFTAR
PUSTAKA
Hall D.G.E, 1998, Sejarah Asia Tenggara
Sumber Online :
diunduh pada tanggal 24 maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar